Contoh banner 2

Rabu, 30 November 2016

SISI LAINKU

Diantara empat sekawan geng-ku mungkin yg belom banyak diketahui pembaca adalah Natasya, aku memang belom sempat menuliskan pengalaman-pengalaman kita bersamanya. Natasya ini orangnya
paling kalem diantara kita, juga paling pintar dalam pelajaran. Dibanding kita bertiga yg masih sendiri
atau sering gonta-ganti pacar, perjalanan cintanya adalah yg paling mulus, lelakinya seorang liberal
sesampai sesampai membiarkannya bebas bertualang dgn lelaki lain, asalkan hatinya tetap untuknya,
begitu kata lelakinya yg juga pernah terlibat ML dgnku itu.
Kisah Mesum, Kisah Mesum Terbaru, Kisah Mesum Terhangat, Kisah Mesum Terbaik, Kisah Mesum Nyata, Kisah Mesum HotKisah Mesum
Dia mempunyai badan langsing dgn buah dada sedang, berambut hitam sebahu. Parasnya bersih
serta bermata bening dan berbibir indah, membuat setiap lelaki terkesima oleh pesonanya. Karena
lebih banyak menghabiskan waktu dgn pacarnya, kebersamaannya dgnku lebih sedikit dibanding
dua temanku lainnya.
Hari itu kita rencananya akan clubbing, sebelomnya aku harus menjemput Natasya dulu di rumahnya
baru ke rumah Vernike yg tidak terlalu jauh dari sana, barulah berangkat bareng dgn mobilnya
Vernike. Aku sampai ke rumah Natasya terlalu pagi agaknya, baru jam setengah delapan malam.
Setiba di sana aku disambut mamanya yg mengatakan kalau Natasya sedang mandi, beliau
mempersilakanku langsung saja ke kamarnya di lantai tiga.
“Hai, Cit, masuk aja dulu, gua belom beres nih!” ajaknya saat membuka pintu.
Jelas sekali dia baru mandi karena rambutnya basah dan cuma memakai handuk hijau yg melilit di
badannya.
“Walah, lu baru mandi lu malam gini!” kataku.
“Hehehe.. Tadi ketiduran lama abis nonton film, ya sekalian isi tenaga buat nanti lah!” jawabnya.
Dia duduk di ranjang dan mengoleskan body lotion pada pahanya, dipersilahkannya aku duduk di
sebelahnya. Kuperhatikan badan montoknya yg cuma terbalut handuk dgn kulit putih mulus, kaki
kanannya yg sedang diolesi lotion ditekuk sesampai memancarkan keindahannya.
“Ikutan Amway (salah satu usaha MLM) lu Na? Bukannya biasa lu pake Bodyshop?” tanyaku merujuk
pada body lotion itu.
“Nggak, itu saudara gua nawar-nawarin terus sih, jadi aja gua beli deh, lumayan mahal loh!”
“Bagus nggak tapi?”
“Ya gitulah, kata gua sih nggak beda jauh, cuma bantuin saudara gua nambah poin aja sih,”
jawabnya, “Nih.. Coba aja sama lu sini!” seraya menawarkannya padaku
Aku menjulurkan telapak tangan menerima sedikit cairan itu, lantas kuoleskan pada lengan dan
betisku yg terbuka karena saat itu memakai celana jeans ketat sepanjang lutut.
“Cit, bisa tolong gosokin ke punggung sekalian nggak?” pintanya sambil melepas handuk yg
membelit badannya sesampai terlihatlah badan telanjang dibaliknya.
Natasya merebahkan badannya tengkurap dan menaruh kepalanya pada kedua lengannya yg dilipat.
Mulailah aku menggosok punggungnya, perlahan sambil memijat. Dia senyum-senyum kecil sambil
dan memuji pijatanku yg katanya enak dan lembut.
“Eemmhh.. Enak Cit, kaya di salon aja, lu emang bakat mijat deh!”
“Enak aja.. Gua disamain tukang pijat, iihh!” kataku sambil menepuk pelan pantat montoknya.
“Aw.. Genit ah lu, tepuk-tepuk pantat segala” sambil tertawa cekikikan.
Mumpung tanganku sudah mendarat di pantatnya dan cairan itu masih tersisa sedikit ditanganku,
akupun sekalian memijati pantatnya.
“Disini sekalian dioles juga yah, tanggung nih dikit lagi, sayg kan mahal-mahal mubazir” saranku yg lalu diiyakannya.
Ketika mengurut bongkahan pantatnya terdengar olehku dia mendesis pelan dan badannya sedikit
bergetar. Melihat reaksinya, iseng-iseng aku menyusupkan tanganku ke paha dalam lalu merambat
perlahan ke pangkalnya.
“Oohh.. Cit!!” desisnya makin jelas begitu daerah sensitif itu kusentuh.
Entah secara disadari atau tidak, dia merenggangkan kedua pahanya seolah minta lebih. Karena dia
menikmati yg kulakukan, akupun mulai horny dan terdorong meneruskan lebih jauh lagi.
Pinggiran kemaluannya kuusapi dan sedikit demi sedikit jari tengah dan telunjukku mulai masuk ke
lubang kemaluannya. Jempolku kususupi ke duburnya diiringi desahannya, oohh..! Baik aku maupun
dia makin terangsang saja dgn suasana seperti ini.gelorabirahi.com Tanganku yg sudah basah oleh
body lotion jadi tambah basah bercampur dgn air kewanitaan Natasya. Sekitar sepuluh menit jari-
jariku bermain pada dubur dan kemaluannya sampai akhirnya dia menggelinjang dan mendesah
mencapai klimaksnya. Dua menit kemudian dia bangkit duduk di ranjang dan menatapku dgn
senyum manis.
“Ok, sekarang giliran lu Cit” katanya. Akupun mulai melepas tank-top dan BH-ku sesampai aku
topless sekarang.
“Wah, tambah seksi aja lu Cit” sahutnya sambil memencet buah dadaku.
“Sama lu juga, pantesan si Jeje betah sama lu” jawabku sambil balas mencubit putingnya.
Kita saling meraba buah dada, pelan-pelan paras kita semakin dekat, hidungku bertemu hidungnya.
Hembusan nafas Natasya yg sudah memburu terasa di parasku. Kulingkarkan tanganku pada
lehernya dan bibir kita mulai saling mendekat sampai bertemu.
Aku mengeluarkan lidah menjilati bibirnya, dia juga ikut mengeluarkan lidahnya membalas
perbuatanku. Lidah kita menari-nari dalam mulut pasangan masing-masing. Tangannya yg lembut
membelai punggungku menimbulkan sensasi geli yg nikmat. Demikian pula halnya tanganku turut
mengelus punggungnya, sementara tangan kananku meremas buah dadanya sambil memilin-milin
putingnya, puting itu makin mengeras karena terus kumain-mainkan. Tanpa melepas ciuman,
kudorong badanku de depan sesampai menindihnya. Ciuman kita semakin hot seiring dgn gairah yg
makin membara dalam diri kita. Suara-suara kecupan bercampur dgn erangan tertahan dan nafas
kita yg makin menderu.
Tiba-tiba Natasya mendorong badanku dan berguling ke samping, kini posisi kita bertukar menjadi
dia yg menindihku. Tangannya dgn sigap membuka sabukku dan memerosotkan celanaku berserta
celana dalam dibaliknya. Aku turut menggerakkan kakiku membantu celana itu lepas dari badanku.
Natasya melemparkan celana dan celana dalamku ke kursi rias yg tak jauh dari sini. Kembali dia
menindihku sampai buah dada kita saling menghimpit. Setengah menit kita berpelukan erat dgn
mata saling tatap, kemudian kurasakan suatu gesekan pada bibir kemaluanku yg membuatku
mendesah secara refleks.
Ternyata Natasya mengelus kemaluanku dgn pahanya. Aku membuka pahaku lebih lebar agar
klitorisku juga merasakan belaian lembut itu. Gesekan itu membuatku menggelinjang, belom lagi
sekarang Natasya sudah mulai menciumi telingaku. Hembusan nafas ditambah permainan lidahnya
pada lubang dan daun telingaku menghanyutkanku lebih dalam.
“Eemmhh.. Natasya.. Mm!” desahku dgn mata terpejam.
“Servis gua ok kan” katanya berbisik di telingaku.
Ciumannya merambat turun ke leherku, ssrr.. Lidahnya menyapu telak leher jenjangku disusul
gigitan pelan dan cupangan yg dilakukannya dgn lembut dan mesra. Tangan kirinya menangkap buah
dadaku dan meremasnya lembut, jari-jarinya yg lentik menyentil-nyentil putingku sampai
membuatnya makin tegang. Dari leher mulutnya turun lagi ke dadaku, lidahnya menjilati putingku yg
kanan sementara tangan kirinya tetap memijat buah dada kiriku.
“Terus Na.. Give me more!” kataku sambil menekan kepalanya karena tidak puas hanya dgn dijilati
saja.
Badanku bergetar hebat merasakan buah dadaku dikenyot dan diremas olehnya.
Tangan kanannya kini bercokol di kemaluanku menggantikan pahanya, jarinya membelai lembut
diantara kerimbunan bulu-bulu kemaluanku. Dua jari lainnya masuk ke dalam dan mengelus-elus
dinding kemaluanku sekaligus mencari klitorisku. Ketika menemukan titik rangsangan itu, semakin
gencarlah dia memainkan benda itu sesampai badanku makin tak terkendali dgn mendesah dan
menggeliat-geliat. Butir-butir keringat seperti embun sudah membasahi dahiku dan parasku makin
merah menandakan betapa terangsangnya aku. Kugerakkan tanganku ke bawah meraih buah
dadanya dan meremasinya sebagai respon perbuatannya.
Jilatan Natasya turun lagi ke pusar yg dia jilati sebentar membuatku tertawa kecil karena geli,
kemudian turun lagi mencapai kemaluanku. Diperhatikannya sejenak kemaluanku sambil mengelus
bulunya yg lebat. Kedua jarinya membuka bibir kemaluanku sesampai udara dingin dari AC
menerpanya. Darahku makin bergolak ketika dia mulai membenamkan parasnya ke daerah itu.
Aahh.. Desisku begitu lidahnya menyentuh bibir kemaluanku.
“Na.. Eenngghh.. Di situ.. Terus!” aku menggeliat merasakan lidah Natasya bergerak liar seperti ular
merangsang setiap titik peka pada kemaluanku. Sebagai seorang wanita, dia tahu betul bagaimana
memanjakan badan wanita secara seksual.
Aku sungguh menikmati permainan oralnya. Kedua pahaku merapat mengapit kepalanya menahan
rasa geli. Otomatis pinggulku ikut bergoyg akibat rangsangan itu, Natasya memegangi pinggulku
untuk menahan guncangan agar tak terlalu keras. Birahiku pun makin memuncak yg berakibat
badanku menggelinjang hebat. Akhirnya sebuah erangan panjang menandai klimaksku, badanku
mengejang dgn tangan kiri meremas buah dadaku sendiri dan tangan kananku menekan kepalanya
lebih terbenam lagi di selangkanganku. Aku merasakan kemaluanku dihisap-hisap kuat olehnya,
melahap setiap tetes cairan yg terus mengalir dari sana.
“Oohh.. Natasya.. Bitch.. Aahh.. Akh!” erangku dgn mata merem-melek sambil meremas rambutnya.
Lalu Natasya pun mengangkat parasnya dan kembali naik ke badanku, pada mulutnya yg belepotan
cairan kewanitaanku itu tersungging sebuah senyum.
“Love it?” tanyanya dekat parasku.
Aku cuma mengangguk dgn nafas masih kacau. Diciumnya bibirku dan kubalas dgn tak kalah
bernafsu. Aroma kemaluanku masih terasa tajam pada mulutnya, kita ber-French kiss sambil
menikmati sisa-sisa cairan kemaluanku.
Setelah tenagaku terkumpul aku mencoba membalikkan badannya sampai dia telentang di
sebelahku. Kubelai rambut dan parasnya sambil mendekatkan parasku padanya. Putingnya yg
terjepit diantara jariku kupencet dan kuplintir menyebabkan dia mendesah, saat itulah aku
mencium bibirnya yg terbuka. Lidahnya kukulum dalam mulutku sambil menggeraygi buah dadanya.
Natasya menggeliat-geliat saat lehernya merasakan jilatan dan cupanganku, di saat yg sama
tanganku sibuk memilin-milin kedua putingnya yg sudah keras. Dalam keadaan birahi tinggi seperti
itu secara tidak sengaja, tangannya yg tadinya cuma mengelus punggung, tiba-tiba mencakarku.
“Aduh-duh.. Hati-hati dong Na, sakit tau, udah tau kuku panjang gitu!” protesku.
“Eehh.. Sory Ci, sory banget, habis lagi tegangan tinggi sih, cuma lecet dikit kan nggak akan
berbekas!”
“Awas ya, gua bales nih!” puting kanannya kugigit agak keras sambil meremas buah dadanya.
“Aakkhh.. Ci.. Pelan-pelan!” erangnya dgn badan mengejang.
Erangannya justru membuatku makin bergairah mengenyot kedua buah dadanya secara bergantian.
Selanjutnya aku mulai melakukan mandi kucing terhadapnya. Leher dan pundaknya kusapu dgn
lidah, kedua tangannya kurentangkan ke atas sesampai aku bisa menjilati ketiaknya yg bebas bulu.
“Oohh.. Ampun Ci.. Geli..!” desahnya bercampur tawa kegelian, badannya pun terhentak-hentak.
Aku terus menjilati ke bagian dada, perut, sampai sampai pada kemaluannya. Bulu-bulunya agak
jarang, tidak selebat milikku, serta bentuknya dicukur rapih. Tanpa buang waktu lagi aku langsung
menjilati belahannya dan menggesek-gesek klitorisnya dgn jariku, perbuatanku ini spontan
membuatnya menggelinjang hebat.gelorabirahi
“Aahh.. Gila.. Uuhh.. Uhh.. Disitu enak Ci!” demikian desah Natasya.
Lidahku menyusup lebih dalam menjilati dinding kemaluan dan klitorisnya, semakin kujilat semakin
basah daerah itu. Klitorisnya kutangkap dgn mulut dan kuhisap sesampai pemiliknya makin
berkelejotan tak karuan.
“Cit.. Citra, udah.. Gua keluar!” erangnya lebih panjang seiring dgn mengejangnya badannya.
Cairan yg keluar dari kemaluannya semakin banyak serta merta kujilati dgn nikmat.
Natasya kembali melemas sementara aku masih saja menjilati badannya sampai 2-3 menit ke depan.
Akhirnya kitapun tergolek bersebelahan, beristirahat sejenak dgn obrolan dan canda ringan. Tiba-
tiba HP Natasya berbunyi.
“Iya-iya, ntar lagi kita berangkat kok.. Udah Citra dah datang dari tadi, tunggu ya!” kata Natasya menjawab HP-nya.
“Vernike tuh, udah ngomel-ngomel, yuk siap-siap!” katanya lagi setelah menutup HP.
Kitapun bangun menuju kamar mandi untuk membersihkan badan dgn handuk basah. Natasya
berdandan dgn terburu-buru sampai hampir lupa meresleting bajunya.
“Ya ampun Na, dari tadi pintu nggak dikunci yah, gimana kalo ada yg kesini?” seruku ketika mau
membuka pintu.
“Ups, lupa.. Heheh.. Rasanya sih nggak, cuma ada nyokap di bawah, untung si Vina (adiknya) lagi keluar, yuk let’s go!” dia menarik lenganku dan melangkah ke bawah dgn cepat.
Setelah pamitan pada mamanya, kitapun berangkat untuk menikmati hiburan malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar