Contoh banner 2

Rabu, 30 November 2016

KARENA SATU KESALAHAN

Namaqu Nia, saat itu usiaqu 18 tahun dan aqu baru saja lulus dari SMU. Aqu memang belom pernah
menceritakan detail diriku. Nama lengkapku Lavenia, ya aqu memang lahir dari darah campuran,
Ayah-ku orang Indonesia dan mami-ku dari Belgia. Aqu lahir di Belgia, ketika ayahku bekerja sebagai
duta Indonesia disana. Aqu bisa dibilang memilki wajah indo, paling jelas terlihat di hidungku yg
mancung, bibir tipis menghiasi mulutku dan tulang pipiku yg dibilang paling menarik oleh kawan-
kawanku serta rambut yg panjang lurus sepunggung. Selain rajin merawat wajah, aqu juga selalu
merawat badanku, aqu suka sekali fitness di gym, atau sekedar jogging pagi-pagi setiap hari minggu.
Hal itu membuat badanku langsing dan terawat, selain tentunya aqu juga diet.
Cerita Sex, Cerita sex Terbaru, Cerita Sex Terbaik, Cerita Sex Nyata, Cerita Sex Terhangat, Cerita Sex HotCerita Sex
Aqu memutuskan untuk melanjutkan studi-ku ke Australia, Tetapi tahun pelajaran di Australia belom
dimulai, aqu terpaksa menunggu sekitar 2 bulan sebelom aqu berangkat kesana. Jadilah aqu
menganggur di rumah sambil menunggu saat itu tiba.
Saat ini Di rumahku sedang ada renovasi, Ayah ingin membuat dua buah kamar lagi di lantai atas yg
diperuntukkan sebagai kamar tamu, letaknya bersebelahan dgn kamarku. Oh iya, aqu adalah
anak tunggal, saat itu Ayah-ku sedang berdinas keluar negeri, yaitu ke Belgia, dan mami ikut kesana
untuk mengunjungi saudara-saudaranya yg tinggal disana, sebenarnya aqu ditawari ikut, tapi aqu
menolak karena malas, entah kenapa aqu ingin sekali menikmati waktu-waktu ku di rumah sebelom
aqu berangkat ke Australia. Di rumah aqu tak sendirian, ada seorang pembantu perempuan yg
telah lama bekerja di rumahku, mbak Siti, dan 5 orang kuli bangunan yg bekerja merenovasi
rumahku. Sebenarnya ada juga supir dan tukang kebun yg juga bekerja di rumahku, tetapi mereka
berdua sedang pulang kampung.
5 orang kuli bangunan itu ramah terhadapku, aqu pun mengenal mereka dgn baik karena mereka
sudah 3 hari bekerja di rumahku. Si pemimpin namanya pak Hendar, pria 40 tahunan dgn badan
besar dan agak gendut dan kulit hitam serta kumis tebal di bawah hidungnya. Ada juga si Kusnandar
pemuda 30 tahunan berbadan ceking, tiga lainnya Didin, Akmal, dan Rendra yg berusia sekitar 20
tahunan.
Mereka semuanya ramah dan rajin sekali dalam bekerja, tetapi aqu tak menyadari pikiran-pikiran
kotor dibalik keramahan mereka.
Pagi itu Mbak Siti meminta izin padaqu untuk mengunjungi keponakannya yg sakit keras di Cirebon,
dan katanya ia akan pulang selambatnya keesokan harinya. Sebenarnya aqu agak ragu memberikan
izin itu padanya, tetapi wajahnya yg memelas membuatku tak tega, akhirnya ia pun berangkat pagi
itu juga. tinggallah aqu sendiri bersama 5 orang kui bangunan itu di rumah, tak apalah pikirku aqu
cukup berani di tinggal sendirian aqu kan sudah bukan anak kecil lagi.
Saat itu sekitar jam 9 pagi dan aqu sedang bermain basket di halaman belakang rumahku. setelah
agak lelah aqu beristirahat di teras belakang rumahku. Kudengar pak Hendar memanggilku.
“Non, non Nia…”
“Iya ada apa pak?” jawabku
“Ini non, kami mau istirahat sebentar sambil nonton-nonton VCD di ruang keluarga boleh?”
“Oh iya ngga apa-apa pak…hidupin aja”
“Baik, terima kasih non” pak Hendar pun menghilang dari pandanganku.
Aqu pun segera naik ke kamarku untuk mandi kemudian tidur siang. Sayup-sayup kudengar irama
musik dangdut mengalun dari ruang keluarga. Pasti dari CD yg diputar pak Hendar dan yg lain
pikirku, dasar orang-orang kampung.
Jam 12-an siang aqu terbangun. Entah kenapa perasaanku agak gundah, setelah mencuci muka aqu
beranjak ke CD playerku, aqu ingin sekali mendengarkan artis favoritku Norah Jones. Aqu pun
terlarut di kamarku terbuai oleh lagu-lagu favoritku.
Entah kenapa aqu teringat sesuatu, yaitu VCD hasil rekaman handy cam-ku bersama sahabat-
sahabatku ketika aqu mengerjai adik kelasku Sherly di sekolah tak terdapat dalam tumpukan
koleksi CD-ku. Aqupun terkejut, ini memang kebodohanku sendiri yg suka menaruh barang-barang
penting seasalnya saja. Hatiku mulai gundah, bagaimana kalau mami-ku atau Ayah-ku
menemukannya. Tetapi aqu mulai berpikir mungkin mbak Siti yg suka membereskan kamarku yg
memindahkannya, aqu akan segera menelponnya, tetapi sebelom aqu beranjak ke pesawat telepon
aqu mendengar ketukan pada pintu kamarku.
“Siapa ?” tanyaqu.
“Pak Hendar non Nia” jawab suara dari balik pintu, aqu pun bergegas membukanya.
Pak Hendar dan kawan-kawannya berdiri di depan pintu kamarku sambil menyeringaikan senyum.
Aqu pun merasakan hal yg tak beres terjadi, hatiku berdegup kencang.
“Ada apa pak ?” tanyaqu.
“He..he..enggak non, barusan kami liat film yg non buat…” wajah pak Hendar menyeringai.
“Iya, yg ada tulisan ‘Sherly’nya di kotaknya itu loh non…” Rendra menambahkan sambil tersenyum
mengerikan.
“Iya, non disitu bagus banget loh mainnya…kita sampe…sampe ngaceng Non he..he…” Pak Hendar menambahkan lagi.
Sekejap jantungku berdegup kencang, ternyata VCD itu mereka yg temukan. Habislah aqu.
“Bapak dapat itu dari kamar saya kan ? kenapa bapak masuk-masuk kamar saya tanpa izin ?!!” aqu
mulai marah.
“Tenang Non, non ngga mau kan sampe papa dan mama non tau CD ini ?” Pak Hendar
mengernyitkan dahinya.
“Jangan macam-macam ya pak, saya bisa lapor polisi !!” aqu mengancam.
“Kalo non lapor polisi, bukannya non yg malah rugi, gini deh Non, non kasih aja maunya kita…” Pak
Hendar berusaha menyudutkan aqu.
“Ok, bapak mau uang berapa, sebut saja, nanti saya ambil dulu di ATM…”
“Bukan, bukan uang non…” Pak Hendar memotong pembicaraanku.
“Tapi….” wajahnya kembali menyeringai lalu berbisik padaqu.
Akhirnya aqu hanya bisa pasrah, mereka ingin sekali menikmati badan remajaqu yg belom pernah
mereka rasakan sebelomnya. Aqu pun tak bisa menghindar lagi, aqu rela mereka menikmati
badanku ketimbang mereka melaporkan ini pada mami dan Ayah, saat itu aqu tak bisa berpikir
panjang, kemauan mereka kuturuti.
Aqu pun menelepon Sherly yg saat itu masih bersekolah di kelas 2 sebagai perjanjian dgn 5 kuli
mesum yg juga ingin menikmati badan mulus Sherly. Aqu terpaksa berbohong padanya bahwa aqu
ingin mengajaknya pergi shopping sorenya, makanya sepulang sekolah aqu menyuruhnya langsung
ke rumahku.
Kini aqu berbaring diatas tempat tidurku mengenakan kaos tanpa lengan dgn celana pendek ketat. 5
kuli-kuli mesum itu pun mulai melaksanakan aksi mereka. tak henti-hentinya mereka mengagumi
badanku sambil tangan-tangan mereka merambah bagian-bagian sensitif dari badanku.
“Non Nia emang punya body yg bagus he..he…berapa umurnya non ?” tanya Kusnandar.
“De…delapan belas…” jawabku.
Hatiku berdebar ketika tangan-tangan itu membelai paha dan betisku dgn lembut. Perasaan taqut
dan jijik bergejolak di hatiku menghadapi perkosaan 5 kuli kasar ini yg sedang mengerubungi
badanku.
“Memang beda ya sep, ABG gedongan sama perek kampung…” Akmal berkata.
“ya iyalah, Bego lo mal, ini kan non Nia pasti beda lah rasanya, jauh lebih terawat, ya kan non ?”
Kusnandar tersenyum padaqu.
Perlahan pak Hendar melucuti kaos tanpa lenganku, sementara Kusnandar dan Akmal masih sama
membelai-belai sambil menciumi paha putihku, mereka terbuai oleh kemulusannya. Setelah
melucuti kaos ku pak Hendar sentak membuka BH putihku, membiarkan udara dingin AC meyentuh
kulit buah dadaqu yg berukuran 34B.
“he…he…Buah dadanya oke juga non, bapak udah pernah ngerasain yg lebih gede dari ini, tapi ngga
yg semulus dan seindah punya non he…he…” Pak Hendar kulihat terpesona dgn keindahan buah
dadaqu. buah dadaqu memang tak besar tapi karena aqu sering berolah raga bentuknya kencang
dan padat, dgn kulit putih yg selalu kurawat dan puting kemerahan.
5 kuli mengerubutiku diatas tempat tidurku yg kecil, membuatnya jadi sesak, sehingga aqu sulit
bernafas, aqu meronta-ronta tapi Didin meraih kedua tanganku ke atas lalu mengikatnya dgn ikat
pinggang yg ia pakai ke ujung ranjang sehingga aqu pun semakin memberontak.
“Cukup pak, cukup…atau saya teriak…”
“tenang non, tenang…ingat VCD itu non, kalo papa mama non tau, bagaimana…” Pak Hendar
berusaha menenangkan aqu.
Ah, alangkah cerobohnya aqu, jika saja aqu menyimpan VCD itu di tempat yg aman ini semua tak
akan terjadi.
“Tenang ya non Nia, nikmati saja…” pak Hendar dgn kasar meremas buah dadaqu sementara Akmal dan Kusnandar yg sudah bernafsu mulai menanggalkan celana pendekku.
Aqu masih saja memberontak ketika tangan pak Hendar dgn kasar meremas buah dada kananku
sementara Didin memilin puting buah dada kiriku, kemudian mereka pun bersamaan menjilati
putingnya. Tak sampai disitu mereka meyapu seluruh permukaan buah dadaqu dgn jilatan-jilatan
erotis dan menghisap putingnya seolah ingin menyusu dari puting buah dadaqu. Di tengah
pemberontakanku, badanku bergetar menghadapi rangsangan-rangsangan itu.
Sementara Akmal dan Kusnandar sudah menanggalkan celana dalamku, aqu dapat merasakannya
dari udara dingin AC yg menyentuh kemaluanku. Aqu juga selalu merawat kemaluanku, setiap aqu
mandi selalu kubersihkan dgn sabun khusus agar tetap bersih dan harum. Ini kulaqukan agar pacar-
ku saat itu, David, tak mau berpaling dariku.
Tiba-tiba saja aktivitas mereka terhenti oleh bunyi bel dari pagar rumahku. Pak Hendar mendekap
mulutku agar aqu tak berteriak. Ini pasti Sherly pikirku, kuharap ia tak sendirian, mebawa
seorang kawan atau lebih baik lagi kalau ia membawa pacarnya Ivan. Pak Hendar memberi tanda
kepada Akmal dan Kusnandar yg bergegas menuju pintu pagar. Pintu pagar ke kamarku memang
jauh, rumahku bisa dibilang luas halaman depan diisi garasi 4 mobil dan sebuah taman besar
sementara halaman belakang diisi lapangan basket kecil dan kolam renang. Jarak rumahku dan
rumah tetangga juga bisa dibilang cukup jauh, karena besarnya halaman rumah yg kumiliki,
sekencang apapun ku berteriak, kecil kemungkinannya didengar oleh tetangga-tetanggaqu.
Tiba-tiba saja suasana kamarku sepi, kulihat wajah Didin, Rendra dan pak Hendar yg resah
menunggu Kusnandar dan Akmal. Aqu memanfaatkan momen ini untuk mengambil nafas sejenak.
Tak berapa lama pintu kamarku terbuka, kulihat Sherly masuk masih berseragam SMA dikawani
Akmal dan Kusnandar. Ia nampak Shock melihat aqu yg telanjang bulat sedang dikerubuti 3 orang
berwajah kasar diatas tempat tidur.
“Tenang non Sherly…tenang…” pak Hendar menghampirinya lau membisikkan sesuatu ke Sherly,
sepertinya ia memberitahukan perjanjian yg kubuat dgn mereka.
“Tapi ni…gue…” wajah Sherly memelas menatapku.
“Maafin gue Sher, ini salah gue…maaf…” air mata menetes dari mataqu seketika hatiku terasa
ditikam pisau ketika aqu tahu aqu mengkhianati sahabatku sendiri.
“Nggaa !!! Tolooongg !!” Sherly berteriak kencang sambil berusaha melarikan diri, tetapi dgn sigap
Kusnandar dan Akmal meraih tangannya.
Sherly meronta-ronta sambil menangis, Akmal mendekapnya berusaha menenangkannya.
“Sher, udah…ngga usah ngelawan !!! biar ini cepat selesai…” aqu berusaha menenangkan Sherly
diantara isak tangisku.
“Lo sahabat gue kan ? Sher, gue mohon, maafin gue, tolongin gue Sher…” Sherly menatapku dgn
tatapan mengiba tetapi juga diselingi kemarahan kulihat air mata mengucur deras di pipinya.
Sherly meronta lagi tapi tak sekuat sebelomnya, Akmal menghempaskan badan Sherly ke Sofa tak
jauh dari tempat tidurku. Akmal, Kusnandar dan pak Hendar berusaha menenangkannya.
“Nah sekarang lanjut lagi…” kata pak Hendar, ia berpindah dari sofa menuju tempat tidurku, ia
bertukar tempat dgn Didin yg menuju ke sofa.
“Non Nia, tadi sampai dimana…”pak Hendar tersenyum mengerikan menghadap wajahku.
Kata-kata kotor keluar dari mulutku sambil kudengar Sherly meronta-ronta dan berteriak-teriak
minta tolong. Pak Hendar mengambil posisi di hadapan kemaluanqu, sementara Rendra kembali
menyergap raqus puting buah dadaqu. Pak Hendar meraih kedua pahaqu dibukanya lebar-lebar,
sehingga membuat posisiku mengangkang.
“Non, bapak cobain ya…” pak Hendar mulai memainkan jarinya di permukaan kemaluanqu, ia membuka
bibir kemaluanqu sambil tangan satunya menjelajahi pahaqu hingga pangkalnya. Ia mengorek-ngorek
kemaluanqu dgn jarinya sambil memainkannya.
Aqu mendesah dan meronta, sementara Rendra dgn liar menyapu permukaan buah dadaqu dgn
lidahnya, kemudian menyusuri perut sekitar pusarku, naik lagi ke buah dada, kemudian beralih
keketiakku, leher sampai akhirnya berakhir di bibirku. Rendra memaksaqu membuka mulut, tanpa
kusadar kulayani permainan lidahnya di bibirku.
Keringat mulai membasahi badan telanjangku, meski ruangan kamar ini ber-AC. Eksplorasi lidah dan
jemari Rendra pada badan bagian atasku, serta permainan jari pak Hendar pada kemaluanqu dan
sentuhan-sentuhannya pada paha, pinggul, serta pantatku membuat birahiku berdesir. Rontaanku
pun melemah ketika lidah pak Hendar mulai membasuh bibir kemaluanqu yg yg bersih dan
ditumbuhi rambut halus yg jarang.
Aqu melirik ke Sherly, kulihat badannya melemah ketika tiga orang kuli itu menikmati bagian-bagian
badannya. Rok SMU-nya tersingkap sementara Akmal ada disana menikmati kemulusan dan
putihnya paha Sherly yg berkulit lebih putih dari aqu, ia juga keturunan indo, hanya saja papa Sherly
orang Amerika, badannya langsing mulus tanpa cela, wajahnya imut-imut meskipun ia duduk di kelas
2 SMU orang masih mengira ia anak SMP. Rambut Sherly panjang sebahu dgn warna agak
kemerahan.
Kulihat buah dada Sherly tak lepas dari permainan 3 kuli itu. BH-nya sudah terletak di lantai, tersisa
seragam SMU yg telah terbuka kancingnya serta tangan-tangan Didin dan Kusnandar yg meremas
kedua bongkahan buah dada Sherly yg montok dgn puting merah muda itu. Buah dada Sherly
memang lebih besar dari milikku dgn bentuknya yg kencang dan menggoda, dan kurasa itulah hal yg
sangat menarik cowok-cowok di sekolahku untuk membicarakannya.
Pak Hendar kulihat mulai menelanjangi dirinya, begitu juga dgn Rendra. Aqu melihat kemaluan Rendra yg
menegang itu mendekati wajahku.
“Ayo non, isep non…” Rendra memerintahkanku mengoral kemaluannya.
Perintah Rendra tak kukabulkan, ia masih saja memaksa kemaluannya dgn menempelkannya ke
wajah dan bibirku, aqu meronta menoleh kekiri dan kanan untuk menolaknya. Tiba-tiba saja kurasa
tamparan mendarat di pipiku, kulihat wajah Rendra yg berang mengerikan.
“Ayooo !!! isepp nooon !!!” wajah Rendra kulihat sangat mengerikan dan satu tamparan mendarat
lagi di pipiku, aqu tak punya pilihan, jantungku berdegup kencang, kubuka mulutku.
Rendra memaksa kemaluannya memasuki mulutku, sampai membuatku tersedak dan ingin muntah
menghirup aroma kemaluannya. Perutku mual, tetapi tak lama kemudian Rendra mulai memompa
kemaluannya di bibirku. Aqu tak dapat melihat pak Hendar dgn jelas, karena tertutup Rendra
tetapi kurasakan pada kemaluanqu ia sedang menggesek-gesekkan kemaluannya disana. Aqu tak
dapat melihat sebesar apa miliknya, tetapi perkiraanku miliknya jauh lebih besar dari milik pacarku
saat itu David.
Lagi-lagi kulirik Sherly, kulihat ia dalam posisi duduk di sofa, kedua tanganya direntangkan sambil
dipegangi Didin dan Kusnandar, sementara Akmal memposisikan wajahnya dihadapan kemaluan
Sherly yg sudah tanpa celana dalam sambil tangannya memaksa Sherly mengangkang. Kulihat
kemaluan Sherly yg bersih tanpa rambut-rambut itu sedang dibasuh oleh jilatan-jilatan dari lidah
Akmal, kulihat bibir kemaluannya memerah dan mengkilat karena air liur Akmal. Kulihat pinggul
Sherly bergerak kesana kemari, wajahnya terlihat ketaqutan sambil menggumam tak jelas.
Rendra menghentikan pompaannya, ia mencabut kemaluannya dari mulutku, aqu sedikit bisa
bernafas sambil terbatuk-batuk. Rendra lalu membuka simpul ikat pinggang yg diikatkan ke tempat
tidurku, tetapi kedua tanganku masih terikat, aqu tak tahu apa rencana mereka selanjutnya. Tiba-
tiba pak Hendar mendekap badanku dan mengangkatnya, ia memindahkanku ke kamar mandi yg
juga terletak di kamarku ini. Ia meletakkan badanku diatas Bath tub-ku yg memang luas ukurannya
dgn posisi terlentang. Rendra kembali mengikat tanganku kehandle yg terletak disana.
Tiba-tiba pak Hendar menyalakan Shower yg terletak diatas bath tub-ku. Siraman air dari shower itu
membasuh badanku dan membuatku kedinginan. Tak berapa lama seluruh bagian badanku basah
kuyup, kulihat pak Hendar berdiri tegak diatasku dgn kemaluannya yg mengacung keras, akhirnya
aqu dapat melihat bentuknya dgn jelas, memang ukurannya besar sekali, jauh lebih besar dari milik
pacarku ataupun milik Andre, penjaga sekolahku yg juga punya kemaluan besar.
“Non, sekarang bapak mau rasain kemaluan non ya…”
“Jangan pak…ampun….” aqu memohon ampun pada pak Hendar, tetapi ia kelihatan tak
memperdulikannya.
Ia meraih kedua kakiku dgn tangannya kemudian merentangkan kedua kakiku hingga pahaqu
menyentuh dadaqu. Sebentar ia melihat ke arah kemaluanqu, aqu hanya bisa memberontak pelan,
badanku lemas akibat dinginnya air yg membasuh badanku.
Pak Hendar akhirnya membimbing kemaluannya menuju kemaluanqu. Meski aqu melaqukan
perlawanan ia tetap berusha menembus bibir kemaluanqu dgn kemaluan besarnya.
“Ooougghh…Rapet banget sih kemaluannya non, susah nih masuknya…” gerutu pak Hendar.
“Ampuun pak…jangan perkosa saya…” aqu hanya bisa memohon.
“Dipaksa aja pak” Rendra yg menonton memberi saran pada pak Hendar
Tiba-tiba pak Hendar menyentakkan pinggulnya berusaha menembus lobang sempit itu, aqu
merasakan sensasi nikmat luar biasa sambil merasa kesakitan yg sangat, aqu pun berteriak kecil.
Dgn beberapa hentakan lagi pak Hendar berhasil membenamkan kemaluannya di lubang
kemaluanqu. Aqu merasakan kenikmatan dicampur rasa jijiik harus menghadapi lelaki bejat ini.
Perlahan pak Hendar memompa kemaluannya di lubang kemaluanqu, aqu merasa denyutan
kemaluannya memijit dinding-dinding kemaluanqu yg menjepit erat kemaluannya. Tanpa sadar
aqupun mulai terbuai menikmati permainan ini, Mulutku mulai mengeluarkan desahan-desahan yg
semenjak tadi kutahan. Sementara Rony dgn santai melihat persebadananku dgn pak Hendar sambil
merokok dan duduk di kloset WC.
Pak Hendar mempercepat gerakannya, dgn gaharnya ia menggenjot badanku yg lemah ini di bawah
pancuran air shower. Aqu hanya bisa meringis kesakitan sambil mendesah dan menggumam.
“eemmhh…ssst….aaah…pak…ssstt…aaah… ” desahan-desahanku membangkitkan birahi pak Hendar
untuk menggenjot badanku lebih keras.
Posisiku menghadap ke pintu kamarku, sejenak kulihat keadaan Sherly. Sherly sudah dipindahkan ke
atas tempat tidurku kulihat posisi badannya menungging dgn pantatnya terangkat keatas dan
wajahnya tepat berada di selangkangan Kusnandar, posisi badannya membelakangi aqu, pasti Sherly
sedang dipaksa mengoral kemaluan Kusnandar pikirku. Meskipun masih memakai seragam dgn
seluruh kancingnya terbuka, bagian bawah badannya sudah telanjang, Sherly hanya mengenakan
kaos kaki panjang hampir selututnya dan sepatu ketsnya. Kulihat bongkahan pantat Sherly yg putih
dan seksi itu sedang menerima penyiksaan dari Akmal dan Didin. Mereka menamparkan penggaris
plastik panjang milikku ke permukaan kulit pantat Sherly. Terkadang kulihat pinggul Sherly bergetar
menahan sakit ketika penggaris itu menampar pantatnya yg menungging keatas. Kuihat juga bekas-
bekas tamparan penggaris itu berupa jalur-jalur merah dipermukaan kulit pantat Sherly yg putih
mulus itu.
Tiba-tiba saja aqu tersentak, karena genjotan pak Hendar makin kencang, dgn raqusnya ia menciumi
wajahku sambil tangannya dgn liar meremas buah dadaqu. Badanku tergoncang-goncang dgn liar,
sementara sodokan pak Hendar kian kuat, sekitar 5 menit sudah persebadanan ini berlangsung, Aqu
mulai merasakan getaran-getaran orgasme.
Benar saja, berselang beberapa detik, aqu merasa seluruh badanku bergetar, sensasi yg jarang
kurasakan sebelomnya, otot-ototku serasa mengembang meberi kenikmatan luar biasa, aqu meraih
orgasmeku. Sementara pak Hendar masih saja menggenjot lubang kemaluanqu.
“Aaaaghhh…bapak keluar ni non…”
“Jangan di dalam pak…jangan…” Aqu buru-buru meminta.
Pak Hendar segera mencabut kemaluannya dan menumpahkan spermanya diatas selangkanganku,
sperma yg kental sekali.
Badanku serasa hancur, lemas sekali, sementara air pancuran itu masih saja membuatku menggigil.
Sepertinya aqu tak bisa bangkit dari tempat itu, ketika pak Hendar keluar dari bath tub itu,
sementara kulihat Rendra menyeringai menuntut gilirannya. Badanku terasa lemas sekali saat
Rendra perlahan mengangkat badanku dari bath-tub. Ia menggendongku menuju koset kemudian
duduk disitu. Pak Hendar beranjak keluar untuk melihat keadaan Sherly.
Aqu duduk dipangku oleh Rendra di kloset itu, saling berhadapan lalu ia mengalungkan tanganku yg
terikat ke bahunya, kemudian meremas remas buah dada dan pantatku.
“waaah non Nia….badannya mulus banget…” 2 tangan Rendra menjelajah seluruh bagian badanku
mulai dari pantat, pinggul, pinggang, paha dan buah dadaqu yg kesemuanya dalam keadaan basah.
“Wangi juga lagi non…waaah ngga tahan saya nih….” Rendra menghirup wangi badanku.
“Sudah cukup pak…ampun…saya udah ngga kuat lagi…” aqu memohon pada Rendra karena badanku
terasa lemas semuanya, tetapi Rendra hanya menanggapi dgn senyuman mengejek.
“Enak aja non, pak Hendar kan udah…sekarang giliran saya…”
Sesaat kurasa sebuah benda hangat bergesekan dgn kemaluanqu, aqu langsung mengetahui bahwa
Rendra siap menyebadaniku. Perlahan benda itu terasa makin membesar saja, Rendra mengangkat
badanku sedikit, kemudian tangannya menuntun kemaluannya menembus lubang kemaluanqu yg
memang sudah basah. Ia tak menemukan kesulitan menembus lubang kemaluanqu, idak seperti pak
Hendar tadi. Sensasi baru menjalari tubuku, ketika dinding kemaluanqu menjepit erat benda hangat
berdenyut-denyut itu.
Beberapa detik Rendra membiarkanku menarik nafas, kulihat wajahnya tersenyum keenakan. Ia
menciumi bibirku dgn raqus, kemudian memainkan tangannya pada bongkahan pantatku dgn
meremasnya lalu turun menelusuri kulit mulus pahaqu yg masih basah. Rendra sedikit mendorong
badanku ke belakang untuk menikmati kenyalnya buah dadaqu denagn bibirnya lalu menghisapi
puting kemerahan itu.
Rendra mulai menggoyg pinggulnya perlahan, kemaluannya terasa bergerak-gerak di dalam
kemaluanqu. Menghadapi “serangan-serangan” Rendra ini aqu mulai panas, rasanya berbeda dgn
pak Hendar yg memperlaqukanku dgn kasar. Tanpa kusadai kulayani permainan lidahnya di bibirku
dgn lidahku. Aqu juga mulai menikmati genjotan-genjotan Rendra yg memompa kemaluannya di
kemaluanqu.
Panas mulai merasuki badanku, keringat ku bercampur dgn air yg masih membasahi badanku sejak
tadi. Rendra mempercepat persebadanan ini, genjotannya terkadang perlahan terkadang cepat.
Membuat aqu semakin kepayahan. Kurasa hampir 5 menit perebadanan ini berlangsung tetapi tak
kulihat adanya tanda-tanda orgasme dari Rendra, sementara aqu akhirnya memperoleh orgasme
pertamaqu. Kudengar samar-samar di luar kamar mandi Sherly mengerang dan mendesah, kurasa ia
juga sedang menghadapi hal yg sama dgnku.
Tiba-tiba saja kulihat Akmal masuk ke kamar mandi, ia cukup iri melihat Rendra yg sendirian saja
menikmati badan ABG muda ini.
“Oi Ron, curang lo sendirian aja, bagi-bagi donk…” Akmal meminta bergabung dgn Rendra sambil
melepas celananya.
“Ayo mal, hajar aja ni perempuan, belakangnya masih kosong tuh” Rendra memperbolehkan Akmal
bergabung.
Aqu hanya tertunduk lemas ketika Akmal mendorong sedikit punggungku, dan dari belakang ia
mencoba memasukkan kemaluannya ke lubang anusku. Aqu tak dapat melihat dirinya, yg kurasa
hanya nyeri di sekitar lubang pantatku ketika Akmal dgn paksa memasukkan kemaluannya kesana.
dgn bantuan tangannya ia merah pinggulku untuk memudahkannya memasukkan kemaluannya.
Kurasakan nyeri yg luar biasa ketika kemaluan itu perlahan menembus lubang pantatku, aqu
berteriak, tetapi Akmal tak menghentikan aksinya, sementara Rendra beristirahat dari genjotannya
untuk mengumpulkan energi lagi.
“ Ron sempit banget ni lubang pantat, seret aahh…” Akmal menekan kembali kemaluannya.
“Aaaakh…Sudah pak cukup, jangan disitu, AAAkkkhhh…” aqu berteriak berkali-kali menahan perih yg
mendera kedua lubang itu. Beberapa saat kemudian Akmal berhasil membenamkan kemaluannya di
lubang pantatku. Setelah menarik nafas sejenak, Akmal dan Rendra mulai menggenjot badanku.
Awalnya dgn irama pelan, mereka bergantian menggenjot kemaluan dan lubang pantatku.
“Mmmhhggg…Aaaghhh…Ron lo mesti cobain ni lubang pantat, seret banget…aaaghhh..” racau
Akmal kepada Rendra.
“Aaghh…Kemaluannya juga nikmat mal, basah, masih sempit lagi..” balas Rendra.
Sial pikirku, aqu berada diantara badan 2 kuli kasar yg sedang menyebadan badan mudaqu yg
kurawat selama ini. Tetapi perlahan aqu merasakan sensasi baru disebadani 2 orang di saat yg
bersamaan. Meskipun perih kurasakan, tetapi kenikmatannya setimpal dgn penderitaan yg
kurasakan.
“mmhhh…aaahh…aaaahh…sshhtt…aaah…” desahku terucap mewarnai pemandangan aneh ini.
Cukup lama juga mereka menyebadaniku, lebih lama dari pak Hendar tadi. Sampai akhirnya Akmal
menahan gerakannya kemudian mencabut kemaluannya dari lubang pantatku lalu memuncratkan
spermanya di atas bongkahan pantatku, saat itu juga aqu berorgasme sambil meliukkan badanku.
Badanku jatuh lemas di pangkuan Rendra yg masih menggenjot kemaluanqu, Akmal sepertinya
sedang membersihkan sisa-sisa sperma pada kemaluannya di bath tub. hanya berselang puluhan
detik kemudian, kurasa badan Rendra menegang ia memekik perlahan kemudian menyemburkan
spermanya di dalam kemaluanqu. aqu baru teringat ini bukan masa suburku, untung saja pikirku.
Aqu dan Rendra duduk terdiam diatas closet sambil mengumpulkan tenaga, kudengar desahan-
desahan dan erangan-erangan dari arah kamar, Sherly pasti juga sedang disetubui pria-pria maniak
itu. Tak lama kemudian Didin dan Kusnandar yg belom menikmati badanku menghampiri aqu dan
Rendra di kamar mandi.
“Udah selesai Ron? gantian ya kita pake…” Didin memberi tanda kepada Rendra
Rendra hanya menganggukkan kepala dan membiarkan aqu yg sudah lemah diangkat oleh
Kusnandar dan Didin menuju kamarku. Di kamarku kulihat Sherly tergeletak di lantai dgn posisi
menungging, sementara pak Hendar dgn liar menggenjot kemaluan Sherly dari belakang. Aqu
diletakkan bersebelahan dgn Sherly dgn posisi terlentang. Didin meraih pahaqu kemudian
mengangkangkan kakiku. Setelah puas menikmati buah dadaqu, Didin menyebadaniku dalam posisi
missionary.
Aqu melihat Sherly tampak kepayahan disebelahku, aqu berpikir betapa senangnya lima kuli kasar ini
bisa meyebadani 2 remaja SMA yg kini tergeletak bersampingan. Setelah Didin menyemburkan
spermanya di atas buah dadaqu, Kusnandar gantian menyebadaniku. Hal yg sama juga terjadi pada
Sherly, kita berdua dipakai bergiliran oleh lima pria maniak itu.
Pemerkosaan ini berakhir malam hari sekitar jam 9, ketika pintu pagar dibuka oleh mbak Siti yg
pulang lebih cepat dari dugaan, karena tak mendapatkan tiket kereta ke kampungnya. Tetapi 5 kuli
itu sudah membuat perjanjian dgn aqu dan Sherly untuk merahasiakan perbuatan biadab mereka
dan VCD milikku mereka sita untuk berjaga-jaga. Kini aqu tak tahu lagi kabar mereka, yg pasti aqu
dan Sherly sudah melupakan kejadian mengerikan yg terjadi waktu itu karena kecerobohanku dan
aqu tetap bersahabat dgnnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar