Contoh banner 2

Rabu, 30 November 2016

SHAKE IN CAR

Hari Kamis adalah hari yg paling melelahkan bagiku waktu semester lima, bagaimana tidak, hari itu
aqu ada tiga mata kuliah, dua yg pertama mulai jam 9 sampai jam tiga dan yg terakhir mulai jam lima
sampai jam 7 malam, belom
lagi kalo ada tugas bisa lebih lama deh. Waktu itu aqu baru menyerahkan tugas diskusi kelompok
sekitar jam 7 lebih. Waktu aqu dan teman sekelompokku, si Hamid selesai, di kelas masih tersisa
enam orang dan Pak Munir, sang dosen.
Cerita Mesum, Cerita Mesum Terbaru, Cerita Mesum Terbaik, Cerita Mesum Terhangat, Cerita Mesum Nyata, Cerita Mesum HotCerita Mesum
“Bareng yuk jalannya, parkir dimana Citra?” ajak Hamid
“Jauh nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi”
Hamid pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dgn kampus. Sebenarnya kalo menemaniku
dia harus memutar agak jauh dari jalan keluar yg menuju ke kostnya, mungkin dia ingin
memperlihatkan naluri lelakinya dgn menemaniku ke tempat parkir yg kurang penerangan itu. Dia
adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand dgnku. Orangnya sih lumayan cakep
dgn rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai
buaya kampus.
Malam itu cuma tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar bunyi sirine
pendek saat kutekan remote mobilku. Aqupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya.
Waktu aqu menutup pintu, tiba-tiba aqu dikejutkan oleh Hamid yg membuka pintu sebelah dan ikut
masuk ke mobilku.
“Eeii.. mau ngapain kamu?” tanyaqu sambil meronta karena Hamid mencoba mendekapku.
“Ayo dong Citra, kita kan sudah lama nggak melaqukan hubungan badan nih, aqu kangen sama
kehangatan kamu” katanya sambil menangkap tanganku.
“Ihh.. nggak mau ah, aqu capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila!” tolakku sambil berusaha
lepas.
Karena kalah tenaga dia makin mendesakku sampai mepet ke pintu mobil dan tangan satunya
berhasil meraih buah dadaqu lalu meremasnya.
“Hamid.. jangan.. nggak mmhh!” dipotongnya kata-kataqu dgn melumat bibirku.
Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Hamid menyingkap kaos hitam ketatku yg tak berlengan
dan tangannya mulai menelusup ke balik BH-ku. Nafsuku terpancing, berangsur-angsur rontaanku
pun melemah. Rangsangannya dgn menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaqu
membuka mulut sesampai lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku,
mau tidak mau lidahku juga ikut bermain dgn lidahnya. Napasku makin memburu waktu dia
menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yg kemerahan. Teringat kembali waktu
aqu ML dgnnya di kostnya dulu. Kini aqu mulai menerima perlaquannya, tanganku kulingkarkan pada
lehernya dan membalas ciumannya dgn penuh gairah. Kira-kira setelah lima menitan kita ber-French
kiss, dia melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi badanku
memanjang ke jok sebelah. Hari itu aqu memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5 cm diatas
lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaqu yg putih mulus dan celana
dalem pink-ku.
“Kamu tambah nafsuin aja Citra, aqu sudah tegangan tinggi nih” katanya sambil menaruh tangannya
dipahaqu dan mulai mengelusnya.
Waktu elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana dalemku sesampai
aqu merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Hamid makin bernafsu, jari-jarinya mulai
menyusup ke pinggiran celana dalemku dan bergerak seperti ular di permukaannya yg berbulu.
Mataqu terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan
pelan pada pahaqu, aqu membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaqu.
Jilatan itu terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaqu. Dia makin mendekatkan
wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.
“.. oohh..” rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir kemaluanku, tangan kanannya
menahan celana dalemku yg disibakkan ke samping sementara tangan kirinya menjelajahi buah
dadaqu yg telah terbuka.
Aqu telah lepas kontrol, yg bisa kulaqukan cuma mendesah dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat
yg kurang tepat, goygan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana. Tetapi nafsu membuat kita
terlambat menyadari semuanya. Di tengah gelombang birahi ini, tiba-tiba kita dikejutkan oleh
sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aqu waktu
menengok ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaqu kejeduk jendela, begitu juga
Hamid, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan
menyuruh kita turun dari mobil. Tadinya aqu mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian
taqutnya kalo mereka mengejar dan memanggil yg lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka
kitapun memilih turun membicarakan masalah ini baik-baik dgn mereka setelah buru-buru kurapikan
kembali pakaianku.
Mereka menuduh kita melaqukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus dilaporkan. Tentu
saja kita tidak menginginkan hal itu terjadi sesampai terjadi perdebatan dan tawar-menawar di
antara kita. Kemudian yg agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa
yg dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yg tinggi dan berumur
40-an itu lalu berkata,
“Gini saja, bagaimana kalo kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut?”
Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari lendir, dasar otak selankangan.
Rupanya dalem hal ini Hamid cukup gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap
membelaqu dgn menawarkan sejumlah uang dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah
situasi yg mulai memanas itu aqupun maju memegangi tangan Hamid yg sudah terkepal kencang.
“Sudahlah Mid, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar aqu saja yg beresin” kataqu
“Ok, bapak-bapak aqu turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah
ini!”
Walaupun Hamid keberatan dgn keputusanku, tetapi dia mau tidak mau menyerah juga. Aqu
sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yg tanggung tadi,
lagipula bermain dgn orang-orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita
kitapun digiring mereka ke gedung psikologi yg sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kita disuruh
masuk ke suatu ruangan yg adalah toilet lelaki. Salah seorang menekan sakelar sampai lampu
menyala, cukup bersih juga dibanding toilet lelaki di faqultas lainnya pikirku.
“Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek kamu!” perintah
yg tinggi itu pada Hamid.
Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi badanku dalem pakaian ketat itu.
Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas
bak kehilangan pijakan sesampai aqu menyandarkan punggungku ke tembok.
Kini aqu dapat melihat nama-nama mereka yg tertera di atas kantong dadanya. Yg tinggi dan berusia
sekitar pertengahan 40 itu namanya Somat, dan temannya yg berkumis itu bernama Ramelan. Pak
Somat mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.
“Hehehe.. cantik, mulus.. wah beruntung banget kita malam ini!” katanya
“Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih?” tanya Pak Ramelan sambil menyalami tanganku dan
membelainya dari telapak sampai pangkalnya, otomatis bulu-buluku merinding dan darahku
berdesir dielus seperti itu.
“Citra” jawabku dgn agak bergetar.
“Wah Citra yah, nama yg indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah” Pak Somat menimpali dan
disambut gelak tawa mereka.
“Non Citra cium aqu dong, boleh kan?” pinta Pak Ramelan memajukan wajahnya
Aqu tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yg
tidak tampan itu.
“Ahh..non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja sih, gini dong harusnya” Kata
Pak Somat seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.
Aqu memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah lagi
tangannya sudah mulai meremas-remas buah dadaqu dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku,
saling menjilat dan berpilin, bara birahi yg sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih
dahsyat daripada sebelomnya. Aqu makin berani dan memeluk Pak Somat, gairahsex.com
rambutnya kuremas sesampai topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana kurasakan sebuah
tangan yg kasar meraba pahaqu. Aqu membuka mata dan melihatnya, disana Pak Ramelan mulai
menyingkap rokku dan merabai pahaqu.
Pak Somat melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaqu. Kaos ketatku
disingkapnya sesampai terlihatlah buah dadaqu yg masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung
diturunkan.
“Wow buah dadanya montok banget non, putih lagi” komentarnya sambil meremas buah dada
kananku yg pas di tangannya.
Pak Ramelan juga langsung kesengsem dgn buah dadaqu, dgn gemas dia melumat yg kiri. Mereka
kini semakin liar menggeraygiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan
dipelintir Pak Somat sambil mencupangi leher jenjangku, dia melaqukannya cukup lembut
dibandingkan Pak Ramelan yg memperlaqukan buah dada kiriku dgn kasar, dia menyedot kuat-kuat
dan kadang disertai gigitan sesampai aqu sering merintih kalo gigitannya keras. Tetapi perpaduan
antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yg khas.
Tak kusadari rokku sudah terangkat sesampai angin malam menerpa kulit pahaqu, celana dalemku
pun tersingkap dgn jelas. Pak Ramelan menyelipkan tangannya ke balik celana dalemku sesampai
celana dalemku kelihatan menggembung. Tangan Pak Somat yg lainnya mengelusi belakang pahaqu
sampai bokongku. Napasku makin memburu, aqu cuma memejamkan mata dan mengeluarkan
desahan-desahan menggoda. Aqu merasakan kemaluanku semakin basah saja karena gesekan-
gesekan dari jari Pak Ramelan, bahkan suatu waktu aqu sempat tersentak pelan waktu dua jarinya
menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah.
Pak Ramelan meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke kemaluannya yg entah kapan dia keluarkan.
“Waw..keras banget, mana diamaternya lebar lagi” kataqu dalem hati
“bisa mati klimaks nih aqu”
Aqu mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak
saja.
Pak Ramelan menarik tangannya keluar dari celana dalemku, jari-jarinya basah oleh cairan
kemaluanku yg langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aqu disuruh berdiri menghadap
tembok dan menunggingkan bokongku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk
menygga badanku.
“Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain bokong si non yg putih mulus ini” celoteh Pak Ramelan
sambil meremasi bongkahan bokongku yg sekal.
Aqu menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalemku, disuruhnya aqu
mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalem. Akhirnya bokongku yg sudah telanjang
menungging dgn celana dalemku masih menggantung di kaki kanan.
“Pak masukin sekarang dong” pintaqu yg sudah tidak sabar marasakan gagang-gagang besar itu
menjejali kemaluanku.
“Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama kemaluan non, wangi sih!” kata Pak Ramelan yg
sedang menjilati kemaluanku yg terawat baik.
Pak Ramelan mendorong kemaluannya pada kemaluanku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan
ludahnya, aqu masih merasa nyeri karena kemaluannya yg tebal tidak sebanding ukurannya dgn
liang senggamaqu. Aqu merintih kesakitan merasakan kemaluan itu melesak sampai amblas
seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan kemaluannya
dgn kecepatan yg semakin lama semakin tinggi. Pak Somat sejak posisiku ditunggingkan masih betah
berjongkok diantara tembok dan badanku sambil mengenyot dan meremas buah dadaqu yg
tergantung persis anak sapi yg sedang menyusu dari induknya. Pak Ramelan terus menggenjotku
dari belakang sambil sesekali tangannya menampar bokongku dan meninggalkan bercak merah di
kulitnya yg putih. Genjotannya semakin mambawaqu ke puncak birahi sampai aqupun tak dapat
menahan erangan panjang yg bersamaan dgn mengejangnya badanku.
Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, kemaluannya yg terasa makin besar dan berdenyut-
denyut menggesek makin cepat pada kemaluanku yg sudah licin oleh cairan klimaks.
“Ooohh.. oohh.. di dalem yah non.. sudah mau nih” bujuknya dgn terus mendesah
“Ahh.. iyahh.. di dalem aja.. ahh” jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa klimaks panjang
barusan.
Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dgn kemaluan menancap sampai
pangkalnya pada kemaluanku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat
itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya setelah semprotannya selesai. Badanku
mungkin sudah ambruk kalo saja mereka tidak menygganya kuhimpun kembali tenaga dan napasku
yg tercerai-berai. Setelah mereka melepaskan pegangannya, aqu langsung bersandar pada tembok
dan merosot sampai terduduk di lantai. Kuseka dahiku yg berkeringat dan menghimpun kembali
tenaga dan napasku yg tercerai-berai, kedua pahaqu mengangkang dan kemaluanku belepotan
cairan putih seperti susu kental manis.
“Hehehe..liat nih, air mani aqu ada di dalem kemaluan wanita kamu” kata Pak Ramelan pada Hamid
sambil membentangkan bibir kemaluanku dgn jarinya, seolah ingin memamerkan cairan air maninya
pada Hamid yg mereka kira pacarku. gairahsex.com
Opps..omong-omong tentang Hamid, aqu hampir saja melupakannya karena terlalu sibuk melayani
kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-
ngocok kemaluannya sendiri. Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati,
dasar buaya sih, begitu pikirku. Sekarang, gairahsex.com Pak Ramelan menarik rambutku dan
menyuruhku berlutut dan membersihkan kemaluannya, Pak Somat yg sudah membuka celananya
juga berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok kemaluannya.
Hhmm..nikmat sekali rasanya menjilati kemaluannya yg berlumuran cairan kewanitaanku yg
bercampur dgn air mani itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya sampai bersih mengkilap,
setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Somat dgn
tanganku. Aqu melirik ke atas melihat reaksinya yg menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang
kencingnya dgn lidahku.
“Hei, sudah dong aqu juga mau disepongin sama si non ini” potong Pak Somat waktu aqu masih
asyik memain-mainkan kemaluan Pak Ramelan.
Pak Somat meraih kepalaqu dan dibawanya ke kemaluannya yg langsung dijejali ke mulutku.
Miliknya memang tidak sebesar Pak Ramelan, tapi aqu suka dgn bentuknya lebih berurat dan lebih
keras, ukurannya pun pas dimulutku yg mungil karena tidak setebal Pak Ramelan, tapi tetap saja
tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aqu mengeluarkan segala teknik
menyepongku mulai dari mengulumnya sampai mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat
dan menekan kepalaqu lebih dalem lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba-tiba Hamid
mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yg sedang klimaks swalayan, air maninya
muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku.
Merasa cukup dgn pelayanan mulutku, Pak Somat mengangkat badanku sampai berdiri, lalu
dihimpitnya badanku ke tembok dgn badannya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari
bawah aqu merasakan kemaluannya melesak ke dalemku, maka mulailah dia mengaduk-aduk
kemaluanku dalem posisi berdiri. Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada kemaluanku, yg
paling kusuka adalah saat-saat waktu hentakan badan kita berlawanan arah, sesampai kemaluannya
menghujam kemaluanku lebih dalem, apalagi kalo dgn tenaga penuh, kalo sudah begitu wuihh..
seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aqu cuma bisa mengekspresikannya dgn menjerit
sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong, kalo tidak bisa berabe
nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaqu, tanganya juga menjelajahi
buah dada, bokong, dan pahaqu. Gelombang klimaks kini mulai melandaqu lagi, terasa sekali
darahku bergolak, aqupun kembali menggelinjang dalem pelukannya. Saat itu dia sedang melumat
bibirku sesampai yg keluar dari mulutku cuma erangan-erangan tertahan, air ludah belepotan di
sekitar mulut kita. Di sudut lain aqu melihat Pak Ramelan sedang beristirahat sambil merokok dan
mengobrol dgn Hamid.
Pak Somat demikian bersemangatnya menyebadaniku, bahkan waktu aqu klimakspun dia bukannya
berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yg satu
diangkatnya sesampai aqu tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu. Tusukan-
tusukannya terasa makin dalem saja membuat badanku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum
aqu dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dgn
intensitas genjotan yg stabil dan belom menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian
dia menghentikan genjotannya, dgn kemaluan tetap menancap di kemaluanku, dia bawa badanku yg
masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aqu, lalu dia sendiri duduk di atas
tutup kloset.
“Huh..capek non, ayo sekarang gantian non yg goyg dong” perintahnya
Aqupun dgn senang hati menurutinya, dalem posisi seperti ini aqu dapat lebih mendominasi
permainan dgn goygan-goygan mautku. Tanpa disuruh lagi aqu menurunkan bokongku di
pangkuannya, kuraih kemaluan yg sudah licin itu dan kutuntun memasuki kemaluanku. Setelah
menduduki kemaluannya, aqu terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yg masih menggantung
supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yg masih tersisa di
badanku cuma rokku yg sudah tersingkap sampai pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku. Aqu
menggoygkan badanku dgn gencar dgn gerakan naik-turun, sesekali aqu melaqukan gerakan meliuk
sesampai Pak Somat mengerang karena kemaluannya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi
buah dadaqu dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku.
Tiba-tiba aqu dikejutkan oleh tangan besar yg menjambak rambutku dan mendongakkan wajahku ke
atas. Dari atas wajah Pak Ramelan mendekat dan langsung melumat bibirku. Hamid yg sudah tidah
bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik
tanganku dan menggenggamkannya pada gagang kemaluannya.
“Mmpphh.. mmhh!” desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu.
Toilet yg sempit itu menjadi penuh sesak sesampai udara terasa makin panas dan pengap.
“Ayo dong Citra.. emut, sepongan kamu kan mantep banget”
Hamid menyodorkan kemaluannya kemulutku yg langsung kusambut dgn kuluman dan jilatanku,
aqu merasakan aroma air mani pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala kemaluannya
dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yg tertinggal di
lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Hamid blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aqu
melaqukannya sambil terus bergoyg di pangkuan Pak Somat dan mengocok kemaluannya Pak
Ramelan, sibuk sekali aqu dibuatnya.
Sesaat kemudian kemaluannya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk
punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin
melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dgn posisi berlutut aqu memainkan lidahku pada
kemaluannya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas. Seseorang menarik pinggangku
dari belakang membuat posisiku merangkak, aqu tidak tahu siapa karena kepalaqu dipegangi Pak
Somat sesampai tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan kemaluannya ke
kemaluanku dan mulai menggoygnya perlahan. Kalo dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si
Hamid karena yg ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Ramelan. Waktu sedang
enak-enaknya menikmati genjotan Hamid kemaluan di mulutku mulai bergetar
“Aahhkk.. aqu mau keluar.. non” Pak Somat kelabakan sambil menjambaki rambutku dan
“creett..creett,”
beberapa kali semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan,
sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sesampai aqu tak sanggup
menampungnya lagi.
Kisah Mesum Terbaru, Aqu terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah
tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aqu melepaskannya dan menjilati cairan yg masih
tersisa di gagangnya. Dgn klimaksnya Pak Somat, aqu bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Hamid
yg semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah menggeraygi buah dadaqu. Hamid sangat
pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sesampai aqu dibuatnya melayg-layg.
Gelombang klimaks sudah diambang batas, aqu merasa sudah mau sampai, tetapi Hamid
menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas bokongku
erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yg kutahan-tahan itu pun kucurahkan
juga. Kita klimaks bersamaan dan dia menumpahkannya di dalemku. Kemaluanku serasa banjir oleh
cairannya yg hangat dan kental itu, air mani yg tidak tertampung meleleh keluar di daerah
selangakanganku.
Kisah dewasa Terbaru, Aqu langsung terkulai lemas di lantai dgn badan bersimbah peluh, untung
lantainya kering sesampai tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Kemaluanku rasanya panas
sekali setelah bergesekan selama itu, dgn 3 macam kemaluan lagi. Lututku juga terasa pegal karena
dari tadi bertumpu di lantai. Setelah merasa cukup tenaga, aqu berusaha bangkit dibantu Hamid.
Dgn langkah gontai aqu menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku
untuk membetulkan rambutku yg sudah kusut. Aqu memunguti pakaianku yg berserakan dan
memakainya kembali. Kita bersiap meninggalkan tempat itu. CerpenSex
“Lain kali kalo melaqukan hubungan badan hati-hati, kalo ketangkap kan harus bagi-bagi” begitu
kata Pak Somat sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada bokongku.
“Citra.. Citra.. sori dong, kamu marah ya!” kata Hamid yg mengikutiku dari belakang dalem
perjalananku menuju tempat parkir.
Dgn cueknya aqu terus berjalan dan menepis tangannya waktu menangkap lenganku, dia jadi
tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil barulah aqu membalikkan
badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata
“Aqu nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yg lebih gila yah, see you, good night”
Kisah Sex Terbaru, Hamid cuma bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yg makin menjauh darinya.
Cerita Mesum, Cerita Mesum Terbaru, Cerita Mesum Terbaik, Cerita Mesum Terhangat, Cerita Mesum Nyata, Cerita Mesum Hot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar